Cronics Couple || Wedding Photo? Should We? || Drabble
By. Snowine
Soo Hoon meraih sebuah album foto bersampul putih diatas meja kecil disamping kasur Tao.Gadis itu tersenyum manis saat membaca tulisan yang terdapat disampul album tersebut “The Wedding”. Ia mendadak ingat saat Tao beserta kedua orangtuanya mendatangi rumahnya. Ia tidak menyangka sama sekali jika Tao serius dengan ucapannya. Pria berdarah Cina itu meminta kedua orangtuanya agar melamar Soo Hoon untuknya. And See, tinggal seminggu lagi mereka akan menikah.
Soo Hoon menoleh sekilas pada Tao yang sedang asik membersihkan tongkat Wushu-nya, lantas beralih lagi pada album foto dalam genggamannya. Soo Hoon tersenyum.
“Tao-ssi,boleh aku melihat ini?” Izin Soo Hoon, Tao menoleh lantas mengangguk mengiyakan.
“Itu milik Wu Fan hyung dan Seul Ra.” Jelas Tao saat Soo Hoon hendak membuka mulutnya. “Wu Fan hyung memintaku untuk mengambilnya, karna mereka berdua sedang bulan madu di Thailand.” Soo Hoon mengangguk paham, matanya menatap lekat foto prewedding Wu Fan dan Seul Ra. Cantik sekali.
“Tao-ssi?” panggil Soo Hoon.
“Hmm?”
“Tao-ssi?” panggil Soo Hoon lagi saat Tao masih tidak meloleh padanya.
“Apa?”
“Kita akan membuat album seperti ini juga kan?” pinta Soo Hoon dengan wajah berbinar. Tao meletakkan tongkat Wushu-nya, lantas berjalan kearah Soo Hoon.
“Kalauku katakan tidak, kau pasti akan kecewa. Jadi yah, baiklah.”
“Sungguh?” Tao tersenyum mengacak rambut Soo Hoon. “Iya.”
Soo Hoon tersenyum riang, matanya kembali memperhatikan foto-foto pernikahan YiSeul dalam album tersebut. Sesekali itu menoleh pada Tao yang juga sedang ikut melihat album foto itu. mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing, memikirkan pose romantis yang akan mereka berikan nanti, kira-kira seperti apa ya?
“Apa nanti kita akan mengenakan pakaian pernikahan tradisional Cina?” Tanya Soo Hoon tiba-tiba.
“Tentu saja. Kita ambil konsep dua Negara. Korea dan Cina.” Jawab Tao. “Karna kita berdua berasal dari Negara yang berbeda.”
“Benarkah? Waah,aku ingin sekali mengenakan pakaian pernikahan merah itu.” gumam Soo Hoon,kemudian menoleh pada Tao. “Apa pakaian Jepang juga?” Soo Hoon memberi alternatif lain.
Tao mengeleng. “Tidak. Hanya ada Korea dan Cina.” Bantah Tao yang langsung membuat Soo Hoon cemberut.
“Tapi Seul Ra dan Wu Fan mengenakannya..” Tao mengehela napas dalam, dia tahu kalau Soo Hoon akan berkata seperti ini. Dan kalau boleh jujur, Tao tidak suka jika mengadakan foto prewedding. Begitu merepotkan! “Mereka juga Korea dan Cina.” lanjut Soo Hoon.
“Kau benar, mereka memang Korea dan Cina. Tapi mereka berdua tidak asli Korea dan Cina. ”Soo Hoon mengernyit. “Wu Fan hyung keturunan Cina-Kanada sedangkan Seul Ra keturunan Korea-Jepang. Jadi wajar kalau mereka memakai konsep empat Negara.” Jelas Tao panjang Lebar.
“Tapi aku menyukai jepang.” Gumam Soo Hoon lirih seraya mengelus lembut foto pernikahan Seul Ra dan Wu Fan yang mengenakan pakaian Tradisional Jepang. Tao menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah sudah membuat Soo Hoon kecewa, tapi jika iamenurutinya maka akan semakin repot sedangkan pernikahan mereka tinggal seminggu lagi.
Soo Hoon mendongak menatap manik mata Tao. “Nanti difoto prewedding-nya aku boleh memegang pedang seperti Seul Ra?” pinta Soo Hoon lagi, mengabaikan rasa kecewanya tadi.
Mata Tao membulat sempurna, apa tadi? Pedang? “Tidak! cukup Seul Ra dan Wu Fan hyung saja yang memakai pedang Katana seperti itu. Kita tidak perlu mengambil konsep yang sama.” bantah Tao lagi.
“Tapi ini keren sekali.” Desak Soo Hoon lagi.
“Tidak!”
“Ayolah, Tao-ssi..” rajuk Soo Hoon, mengeluarkan puppy eyes andalannya.
“Kalau kau mengambil konsep seperti itu, maka lebih baik tidak ada foto prewedding sama sekali!” bentak Tao frustrasi. Soo Hoon mengerjap, dia tidak menyangka Tao akan membentaknya sampai seperti itu. kenapa Tao begitu egois?
Soo Hoon bangkit berdiri dari ranjang Tao, menutup kembali album foto dalam genggamannya, meletakkannya kembali keatas meja disamping ranjang Tao. Soo Hoon menatap Tao sekilas, kemudian melangkah keluar dari Apartemen calon suaminya itu.
Taomematung, otaknya kembali mengingat apa yang baru saja terjadi, dan sialnya suara debaman keras di pintu apartemennyamembuat pria berambut hitam pekat itu tersadar dari masa trans-nya. Ia bangkit berdiri, menyusul Soo Hoon yangbaru saja pergi.
Tao berlari hingga parkiran, untungnya dia menemukan Soo Hoon yang hendak masuk kedalam mobilnya. Tao kembali berlari menghampiri Soo Hoon, berharap gadis itu masih tetap disana.
“Soo Hoon-ssi.” Panggil Tao dengan nafas yang tersenggal karna kelelahan berlari.Soo Hoon melipat kedua tangannya di depan dada. Masih kesal.
“Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu, sungguh.” Tidak ada jawaban. Soo Hoon masih betah membelakangi Tao dengan tampang kesalnya.
“Kim Soo Hoon..?”
“Soo Hoonie..”
Tao menghela nafas. “Noona…” Soo Hoon mendengus kasar. Baru hari ini dia menedengar Tao memanggilnya Noona setelah acara lamaran dua minggu lalu. Dan memang, Soo Hoon dua tahun lebih tua dari Tao.
“Noona, aku minta maaf.” Rajuk Tao nyaris merengek. Soo Hoon berbalik menatap Tao tajam. “Sudah kumaafkan.” Jawab Soo Hoon. “Kau sudah selesai kan? Minggir aku mau pulang.” Lanjutnya.
Tao meraih pergelangan tangan Soo Hoon, mencengkramnya, membuat gadis itu meringis. “Kau mau membunuhku huh?” pekik Soo Hoon kasar, melepaskan cengkraman tangan Tao.
Tao mengernnyit, sesakit itu kah? padahal ia tidak menggunakan tenaganya memegang pergelangan tangan gadis itu. “Maaf Noona.”
“Sudahlah! Kau membuatku kesal!” Soo Hoon mengusap sebulir air yang mengintip disudut matanya.Kenapa Tao benar-benar menyebalkan!
Tao yang menyadari gadis itu menangis segera bergerak cepat. Tao kembali meraih pergelangan tangan Soo Hoon, menarik gadis bertubuh mungil itu kedalam pelukannya. Mendekap Soo Hoon erat.
“Maaf jika aku menyakitimu Noona. Sungguh aku tidak sengaja.” Bisik Tao membuat airmata Soo Hoon semakin deras. Soo Hoon melingkarkan kedua tangannya di pinggang Tao. “Mengenai foto prewedding itu sebenarnya aku tidak suka, tapi karna noona menginginkannya maka aku turuti. Dan mengenai konsep itu, kita cukup menggunakan dua Negara saja. ”Tao memberikan jeda pada ucapannya. “Aku tahu noona juga sangat menyukai jepang tapi,aku mohon biarkan kali ini aku yang memimpin. Sebentar lagi kita akan menikah, mulai saat itu aku yang bertanggung jawab atas rumah tangga kita. Menjadi seseorang yang menuntunmu, menjadi tempatmu bersandar meskipun aku lebih muda darimu. Bisa kah kau memenuhi permintaanku ini, Noona?”
Soo Hoon melepas pelukannya, menatap manik mata Tao. “Maaf, sudah egois padamu.” Tao tersenyum sembari mengeleng. Tangan kanannya terulur menyeka air mata Soo Hoon.
“Tidak masalah. Asalkan Noona mau mendengarku itu sudah cukup.” Soo Hoon tersenyum, mendorong dada Tao pelan. “Eh, tanganmu tidak apa-apa?” Tao meraih tangan Soo Hoon, terlihat jelas bekas tangan Tao yang memerah di kulit putih Soo Hoon. Buru-buru Soo Hoon menarik tangannya.
“Tak apa, lain kali kau harus membedakan yang mana Tangan, yang mana tongkat Wushu. Mengerti?” tandas Soo Hoon yang memancing tawa Tao.
“Eh? Ahahaha—baiklah. Maaf..”
-Fin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar