Sabtu, 20 April 2013

Cronics Couple [ Masa Lalu, Terjerat? ]




Past.



Soo masih menatap jas milik pria China yang semalam mengantarnya pulang semalam, jas itu masih tergeletak di atas sofa sebelah king size yang saat ini sedang ia tiduri. Entah bagaimana cara mengembalikan lagi jas tersebut pada pemiliknya.

Mata Soo sejenak tertutup mengingat kejadian semalam.

Apa masih ada seorang namja yang baik sepertinya?

Yang mengantarnya pulang sewaktu dirinya sedang ingin sendiri?

Yang menutupi tubuhnya dengan jas?

Soo menggelengkan kepalanya, tidak ia tidak boleh memikirkan namja yang tadi malam mengantarnya pulang.

"Ahh.."

Soo menghembuskan nafasnya berharap pikirannya berkurang sedikit.


~


Zi Coperation, Seoul


Tao terus tampak gelisah menatap i-pad miliknya, sepertinya ia menunggu sesuatu yang sepertinya cukup lama ditunggu olehnya.

"Maaf Tuan Huang, anda telah di tunggu oleh Mr Park di ruang rapat untuk mengadakan kontrak kerja."

Lee, tangan kanan kepercayaan Tao membuyarkan kegelisahaannya. Tao menatap Lee lalu mengangguk tanda mengerti.
Tao pun bangkit dari tempat duduknya dan merapihkan jasnya. Dengan percaya diri Tao berjalan kearah Ruang pertemuan di Zi Coperation.
Tao memutar knop pintu Ruang Pertemuan yang pada dasarnya tidak jauh dari ruang pribadi miliknya.

"Annyeong Mr Park, Park Yoochun."

Tao menyalami tangan orang yang di panggilnya sebagai Mr Park, yang di balas dengan senyuman percaya diri dan genggaman tegas dari Park tersebut.

"Aku sangat senang anda bisa hadir di sini untuk membicarakan kontrak yang akan kita bahas."

Tao dan Mr Park pun duduk di temani dengan manager mereka masing masing dan mereka pun membicarakan permasalahan perusahaan dan urusan kerja sama yang amat penting untuk kelanjutan Zi Coperation kedepannya.


~


Chocolate Café, 01:00 PM


Kim Soo Hoon memutar mutar cangkir coklat panas, berharap coklat panas di hadapannya dapat menenangkan pikirannya yang dari pagi membuatnya pusing sendiri.
Tenggelam dalam pikirannya sendiri.

-5 Tahun lalu-

"Maafkan aku"

Soo berdiri tepat di depan namja yang sedang memegang erat kopernya.

"Aku harus pergi sekarang."

Namja itu pergi mendorong troli di sebelahnya.

"JIKA KAU PERGI KAU TIDAK AKAN PERNAH MELIHATKU LAGI!"

Soo berteriak di tengah-tengah kerumunan orang yang memadati bandara Incheon.
Namja yang sudah hampir jauh dari Soo diam sejenak tapi ia melanjutkan kembali jalannya ke arah pemeriksa tiket menuju Inggris.
Soo hanya menatap namja itu.

Namja yang telah menemaninya selama 3 tahun itu pergi begitu saja. Pandangan Soo sedikit buram, bukan karna ia tidak dapat melihat dengan baik. Tapi air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Oppa.."

Soo memeluk dirinya sendiri dan menangis di tengah kerumunan orang yang berjalan melewati dirinya.

--

Soo Hoon membuka matanya, teringat padanya kenangan pahit yang tidak pantas untuk diingat.

"Kim Soo Hoon?"

Soo Hoon merasakan sepertinya ada seseorang yang memanggil namanya. Soo pun membalikkan kepalanya kearah suara yang memanggilnya itu.
Matanya membulat.

Dilihatnya sosok Tao yang tersenyum senang karna ia tak salah mengenali orang. Tao pun menghampiri Soo dan duduk tepat di depan Soo Hoon.

"A..Apa yang kau lakukan di sini?"

Soo Hoon bertanya seolah ia baru saja bertemu dengan hantu. Tao yang memesan cappucino pada pelayan pun menatap Soo Hoon dengan pandangan yang tak dapat ditebak.

"Apa kau tidak suka bertemu denganku?"

Tanya Tao, Soo Hoon tak dapat menjawab karna ia sendiri bingun apa ia harus senang bertemu dengan orang yang membuatnya pusing semalaman memikirkan cara mengembalikan jas milik Tao.
Tao yang tak mendapatkan jawabanpun menghela nafas lalu berdiri hendak pindah meja, tapi..

"Temani aku di sini.."

Soo Hoon menahan Tao yang akan pindah dari mejanya, Tao pun duduk lagi seperti semula. Tak lama pelayan membawakan pesanan Tao.

Hening..

Soo Hoon maupun Tao tenggelam dalam pikiran masing-masing, entah harus bertanya apa.

"Eng.. kenapa kau bisa ada di sini?"

Akhirnya Soo Hoon pun membuka mulutnya.
Tao menunjuk gedung tinggi di sebrang Café yang ia kunjungi, pandangan Soo Hoon mengikuti arah jari telunjuk Tao.

"Kau bekerja di sana?"

"Ya, Zi Coperation. Itu milikku."

"Mwo?"

Tao menyesap sedikit cappucino nya dan menatap Soo Hoon.

"Lalu apa yang kau lakukan di sini?"

Tanya Tao tak menjawab kekagetan Soo Hoon.

"Ahh.. Tidak ada."

Soo Hoon kembali tenggelam dalam pikirannya.

"Apa kau mau berjalan-jalan di taman dekat sini?"

Tawar Tao yang tak ingin Soo Hoon kembali membuat suasana hening, Soo Hoon hanya mengangguk dan tersenyum tanda ia menyetujui saran Tao.


~


Jinhae Cherry Blossom Tunnel.



Bulan ini adalah bulan April dan di Korea Selatan sedang Musim Semi. Tao sebenarnya tidak begitu menyukai bunga tapi apa boleh buat mungkin Cherry Blossom dapat mengubah mood gadis di sebelahnya.

"Kau suka?"

"Tentu, aku menyukai Cherry Blossom."

"Syukurlah."

Tao tersenyum melihat Soo Hoon yang begitu menikmati pemandangan di taman ini.

"Tao.."

"hmm.."

Soo diam tapi melanjutkan.

"Kapan aku bisa mengembalikan Jas yang kau pinjamkan padaku kemarin?"

Tao berpikir, mungkin ia bisa mengajak gadis ini bertemu besok dengan alasan jasnya?

"Mungkin besok?"

"Ah.. Baiklah."

Soo Hoon kembali memanjakan matanya dengan kelopak Cherry Blossom yang berguguran sedikit demi sedikit.

"Tao.."

"Ya?"

"Apa definisi cinta untukmu?"

Tao menyengritkan alisnya berpikir ada apa dengan gadis di sebelahnya?

"Hmm... Entahlah, mungkin itu adalah perasaan khusus terhadap orang yang benar-benar kau sayang."

Jawab Tao, berharap ia tidak salah menjawab.
Soo Hoon hanya mengangguk.

"Jika memang ia menyayangimu tapi dia meninggalkanmu apa itu masih bisa di sebut cinta?"

Soo Hoon bertanya lagi.
Kali ini Tao tak tau harus menjawab apa.

"Apa kau sedang menunggu seseorang?"

Soo Hoon menelan silvanya, rasanya sakit sekali di lehernya.

"Sepertinya kau tidak suka di tanya seperti itu.. Maaf"

Tao menundukkan kepalanya.

"Mungkin kau benar, aku masih menunggunya.."


~~~



Past To Be Continued.

Drabble || Why I can love you?




Tao memeluk pinggang yeoja yang sedang berdiri di pinggir teras rumahnya, yeoja bernama Soo Hoon tersebut menatap namja yang memeluknya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Tanya Tao meletakan kepalanya di bahu Soo.

"Tidak ada."

Jawab Soo seadanya , Tao menaikan sebelah alisnya mendengar jawaban yeoja yang kini sudah menjadi miliknya itu.
Soo membalikkan badannya dan melingkarkan tangannya di leher Tao.

"Aku hanya sedang berpikir, mengapa aku menyukai pria yang usianya dua tahun lebih muda dari padaku."

Soo hanya menatap mata Tao yang menatapnya sambil tersenyum geli.

"Huahahahaha"

Tao tak bisa menahan tawanya, Soo pun hanya mempoutkan bibirnya dan menatap Tao yang mentertawakannya.

"Yak ! Apa itu lucu?"

Tao berhenti tertawa tapi ia kembali tertawa karna melihat wajah Soo yang marah.

"Kau ini benar-benar."

Soo duduk di sofa dan memainkan i-pad miliknya, Tao tersenyum melihat tingkah wanita miliknya tersebut. Tao pun duduk di samping Soo dan melingkarkan kedua lengannya di leher Soo.

"Kau marah padaku ? Hmmm?"

Soo diam.

"Changi.."

Soo masih diam.

"Kim Soo Hoon."

Soo menatap Tao.

"Mwo?"

Tao mempoutkan bibirnya lalu mengecup sekilas bibir Soo.

"Jangan marah lagi.. Wo ai ni."

Tao tersenyum sambil memeluk Soo, ia memeluk seperti anak kucing pada majikannya.
Soo tersenyum geli.

"Wo ye ai ni, Huang Zi Tao."


-----

Kamis, 18 April 2013

Cronics Couple || Wedding Photo? Should We? || Drabble






Cronics Couple || Wedding Photo? Should We? || Drabble


By. Snowine






Soo Hoon meraih sebuah album foto bersampul putih diatas meja kecil disamping kasur Tao.Gadis itu tersenyum manis saat membaca tulisan yang terdapat disampul album tersebut “The Wedding”.  Ia mendadak ingat saat Tao beserta kedua orangtuanya mendatangi rumahnya. Ia tidak menyangka sama sekali jika Tao serius dengan ucapannya. Pria berdarah Cina itu meminta kedua orangtuanya agar melamar Soo Hoon untuknya. And See, tinggal seminggu lagi mereka akan menikah.



Soo Hoon menoleh sekilas pada Tao yang sedang asik membersihkan tongkat Wushu-nya, lantas beralih lagi pada album foto dalam genggamannya. Soo Hoon tersenyum.



“Tao-ssi,boleh aku melihat ini?” Izin Soo Hoon, Tao menoleh lantas mengangguk mengiyakan.



“Itu milik Wu Fan hyung dan Seul Ra.” Jelas Tao saat Soo Hoon hendak membuka mulutnya. “Wu Fan hyung memintaku untuk mengambilnya, karna mereka berdua sedang bulan madu di Thailand.” Soo Hoon mengangguk paham, matanya menatap lekat foto prewedding Wu Fan dan Seul Ra. Cantik sekali.



“Tao-ssi?” panggil Soo Hoon.



“Hmm?”



“Tao-ssi?” panggil Soo Hoon lagi saat Tao masih tidak meloleh padanya.



“Apa?”


“Kita akan membuat album seperti ini juga kan?” pinta Soo Hoon dengan wajah berbinar. Tao meletakkan tongkat Wushu-nya, lantas berjalan kearah Soo Hoon.



“Kalauku katakan tidak, kau pasti akan kecewa. Jadi yah, baiklah.”



“Sungguh?” Tao tersenyum mengacak rambut Soo Hoon. “Iya.”



Soo Hoon tersenyum riang, matanya kembali memperhatikan foto-foto pernikahan YiSeul dalam album tersebut. Sesekali itu menoleh pada Tao yang juga sedang ikut melihat album foto itu. mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing, memikirkan pose romantis yang akan mereka berikan nanti, kira-kira seperti apa ya?



“Apa nanti kita akan mengenakan pakaian pernikahan tradisional Cina?” Tanya Soo Hoon tiba-tiba.



“Tentu saja. Kita ambil konsep dua Negara. Korea dan Cina.” Jawab Tao. “Karna kita berdua berasal dari Negara yang berbeda.”



“Benarkah? Waah,aku ingin sekali mengenakan pakaian pernikahan merah itu.” gumam Soo Hoon,kemudian menoleh pada Tao. “Apa pakaian Jepang juga?” Soo Hoon memberi alternatif lain.



Tao mengeleng. “Tidak. Hanya ada Korea dan Cina.” Bantah Tao yang langsung membuat Soo Hoon cemberut.



“Tapi Seul Ra dan Wu Fan mengenakannya..”  Tao mengehela napas dalam, dia tahu kalau Soo Hoon akan berkata seperti ini. Dan kalau boleh jujur, Tao tidak suka jika mengadakan foto prewedding. Begitu merepotkan! “Mereka juga Korea dan Cina.” lanjut Soo Hoon.



“Kau benar, mereka memang Korea dan Cina. Tapi mereka berdua tidak asli Korea dan Cina. ”Soo Hoon mengernyit. “Wu Fan hyung keturunan Cina-Kanada sedangkan Seul Ra keturunan Korea-Jepang. Jadi wajar kalau mereka memakai konsep empat Negara.” Jelas Tao panjang Lebar.



“Tapi aku menyukai jepang.” Gumam Soo Hoon lirih seraya mengelus lembut foto pernikahan Seul Ra dan Wu Fan yang mengenakan pakaian Tradisional Jepang. Tao menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah sudah membuat Soo Hoon kecewa, tapi jika iamenurutinya  maka akan semakin repot sedangkan pernikahan mereka tinggal seminggu lagi.



Soo Hoon mendongak menatap manik mata Tao. “Nanti difoto prewedding-nya aku boleh memegang pedang seperti Seul Ra?” pinta Soo Hoon lagi, mengabaikan rasa kecewanya tadi.



Mata Tao membulat sempurna, apa tadi? Pedang? “Tidak! cukup Seul Ra dan Wu Fan hyung saja yang memakai pedang Katana seperti itu. Kita tidak perlu mengambil konsep yang sama.”  bantah Tao lagi.



“Tapi ini keren sekali.” Desak Soo Hoon lagi.



“Tidak!”



“Ayolah, Tao-ssi..” rajuk Soo Hoon, mengeluarkan puppy eyes andalannya.



“Kalau kau mengambil konsep seperti itu, maka lebih baik tidak ada foto prewedding sama sekali!” bentak Tao frustrasi.  Soo Hoon mengerjap, dia tidak menyangka Tao akan membentaknya sampai seperti itu. kenapa Tao begitu egois?



Soo Hoon bangkit berdiri dari ranjang Tao, menutup kembali album foto dalam genggamannya, meletakkannya kembali keatas meja disamping ranjang Tao. Soo Hoon menatap Tao sekilas, kemudian melangkah keluar dari Apartemen calon suaminya itu.


Taomematung, otaknya kembali mengingat apa yang baru saja terjadi, dan sialnya  suara debaman keras di pintu apartemennyamembuat pria berambut hitam pekat itu tersadar dari masa trans-nya.  Ia bangkit berdiri, menyusul Soo Hoon yangbaru saja pergi.



Tao berlari hingga parkiran, untungnya dia menemukan Soo Hoon yang hendak masuk kedalam mobilnya. Tao kembali berlari menghampiri Soo Hoon, berharap gadis itu masih tetap disana.


“Soo Hoon-ssi.” Panggil Tao dengan nafas yang tersenggal karna kelelahan berlari.Soo Hoon melipat kedua tangannya di depan dada. Masih kesal.



“Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu, sungguh.”  Tidak ada jawaban. Soo Hoon masih betah membelakangi Tao dengan tampang kesalnya.



“Kim Soo Hoon..?”



“Soo Hoonie..”



Tao menghela nafas. “Noona…” Soo Hoon mendengus kasar. Baru hari ini dia menedengar Tao memanggilnya Noona setelah acara lamaran dua minggu lalu. Dan memang, Soo Hoon dua tahun lebih tua dari Tao.


“Noona, aku minta maaf.” Rajuk Tao nyaris merengek. Soo Hoon berbalik menatap Tao tajam. “Sudah kumaafkan.” Jawab Soo Hoon. “Kau sudah selesai kan? Minggir aku mau pulang.” Lanjutnya.



Tao meraih pergelangan tangan Soo Hoon, mencengkramnya, membuat gadis itu meringis. “Kau mau membunuhku huh?” pekik Soo Hoon kasar, melepaskan cengkraman tangan Tao.



Tao mengernnyit, sesakit itu kah? padahal ia tidak menggunakan tenaganya memegang pergelangan tangan gadis itu. “Maaf Noona.”



“Sudahlah! Kau membuatku kesal!” Soo Hoon mengusap sebulir air yang mengintip disudut matanya.Kenapa Tao benar-benar menyebalkan!



Tao yang menyadari gadis itu menangis segera bergerak cepat. Tao kembali meraih pergelangan tangan Soo Hoon, menarik gadis bertubuh mungil itu kedalam pelukannya. Mendekap Soo Hoon erat.



“Maaf jika aku menyakitimu Noona. Sungguh aku tidak sengaja.” Bisik Tao membuat airmata Soo Hoon semakin deras. Soo Hoon melingkarkan kedua tangannya di pinggang Tao. “Mengenai foto prewedding itu sebenarnya aku tidak suka, tapi karna noona menginginkannya maka aku turuti. Dan mengenai konsep itu, kita cukup menggunakan dua Negara saja. ”Tao memberikan jeda pada ucapannya. “Aku tahu noona juga sangat menyukai jepang tapi,aku mohon biarkan kali ini aku yang memimpin. Sebentar lagi kita akan menikah, mulai saat itu aku yang bertanggung jawab atas rumah tangga kita. Menjadi seseorang yang menuntunmu, menjadi tempatmu bersandar meskipun aku lebih muda darimu. Bisa kah kau memenuhi permintaanku ini, Noona?”



Soo Hoon melepas pelukannya, menatap manik mata Tao. “Maaf, sudah egois padamu.” Tao tersenyum sembari mengeleng. Tangan kanannya terulur menyeka air mata Soo Hoon.


“Tidak masalah. Asalkan Noona mau mendengarku itu sudah cukup.” Soo Hoon tersenyum, mendorong dada Tao pelan. “Eh, tanganmu tidak apa-apa?” Tao meraih tangan Soo Hoon, terlihat jelas bekas tangan Tao yang memerah di kulit putih Soo Hoon. Buru-buru Soo Hoon menarik tangannya.



“Tak apa, lain kali kau harus membedakan yang mana Tangan, yang mana tongkat Wushu. Mengerti?” tandas Soo Hoon yang memancing tawa Tao.


“Eh? Ahahaha—baiklah. Maaf..”


-Fin-